India sebagai negara dengan kekuatan militer terbesar ke-empat di dunia versi Global Fire Power edisi 2019, terus
mengembangkan kemampuan alutsistanya. Tidak tanggung-tanggung, India berhasil
melaksanakan uji penembakan strategis Rudal K-4 berkemampuan Nuklir yang mampu
menjangkau sasaran sejauh 3.500 km. Seperti dilangsir dari Naval news
(20/1/2019), uji penembakan tersebut dilaksanakan pada Minggu, 19 Januari 2020 di
wilayah Andhra Pradesh dengan menggunakan platform bawah air. Misil yang
berhasil dikembangkan oleh perusahaan DRDO akan dipergunakan untuk melengkapi
persenjataan Kapal Selam Nuklir INS Arihant class.
RUdal K4 diluncurkan dari platform bawah air
(www.newsnation.com)
Misil K-4 merupakan salah satu rudal yang mampu ditembakkan
dari bawah air yang dikembangkan DRDO. Satu produk lain merupakan rudal dengan
kemampuan jangkauan 700 km yang dikenal dengan BO-5 Missile.
Perlombaan modernisasi alutsista di belahan bumi asia semakin
kompetitif. Negeri Tirai Bambu baru saja meresmikan kapal perang tipe destroyer
terbaru. Dilangsir dari Naval News, Angkatan Laut China atau People’s
Liberation Army Navy (PLA-Navy) menggelar upacara peresmian kapal perang
tipe Type 055 guided-missile destroyer pada Minggu, 12 Januari 2019 di
Pelabuhan Qingdao Provinsi Shandong, China.
Kapal yang diberi nama Nanchang
dengan nomor lambung 101 ini, merupakan kapal destroyer terbesar di Asia Timur. Sejatinya
kapal initelah diluncurkan pada tahun
2017 di shanghai dan mulai melaksanakan sea-trial
pada akhir 2018.
Nanchang dibuat oleh galangan kapal dalam negeri
JiangnanShipyard di Shanghai. Didapuk
sebagai kapal destroyer, kapal ini memiliki berat 10.000 ton dan memiliki
kemampuan new air defense, anti-missile,
anti-ship dan anti-submarine weapons.
Dikutip dari Asia Times, kapal ini memiliki panjang 180 meter danlebar 20 meter. Nanchang 101 dilengkapi
dengan 112 vertical-launch missile yang
mampu menembakkan rudal surface-to-air,
land-attack danrudal anti-ship .
Sejak perang Dunia II, terpedo merupakan senjata mematikan bagi kapal perang dan kapal selam.
Kehadirannya begitu ditakuti lawan dan ditunggu kawan. Seiring berkembangnya
teknologi pertahanan dan militer, kini di dunia telah muncul berbagai torpedo canggih
hasil kreasi negara-negara produsen alutsista. Salah satu produsen alutsista tersebut yaitu Leonardo Company yang berbasis di Italia. Dengan produk andalannya yaitu Terpedo A244/S Mod 3.
(www.seaforce.org)
BACA JUGA : DRONE MQ 9 REAPER PENEMBAK JENDERAL SOLEMANI Ditilik dari spesifikasinya A244/S Mod.3 merupakan generasi terbaru terpedo yang mampu memburu kapal selam modern yang memiliki lapisan
material non magnetik yang sulit untuk dideteksi sonar torpedo konvensional.
Kelebihan lain dari terpedo ini, yaitu mampu mengejar target di perairan
dangkal.
(www.cmano-db.com)
Versi A244/S Mod.3 sendiri
ditenagai dengan sistem propulsi elektrik berbasis baterai, dengan kapasitas 246 cell
ramah lingkungan yang bisa melesat sejauh 13-14 kilometer, nyaris dua kali
lipat generasi Mod 2.
(www.naval-technology.com)
BACA JUGA : CHINA COASTGUARD SAMBANGI NATUNA Sistem elektronik baru ini
juga memungkinkan torpedo untuk mengubah kecepatan jelajahnya, sehingga jarak
jangkau makin jauh, plus memiliki modul ADSP (Advanced Digital Signal
Processor) untuk menghadapi sistem pengecoh torpedo modern yang berbasis decoy
pemancar gelombang pengacau torpedo.
kelebihan ADSP mampu mengklasifikasikan dan
menjejak sejumlah sasaran secara bersamaan dan menilai mana sasaran palsu dan
mana kapal selam asli atau kapal perang yang sedang diburunya.
A244/S Mod.3 memiliki
kecepatan maksimal 38 knot dengan kecepatan luncur optimal pada 36 knot. Jarak jangkau terpedo ini mencapai 13.500. Saat dibawa dengan
helikopter, AS44/ Mod.3 dilengkapi dengan parasut saat dilepaskan dari
helikopter sehingga sudut jatuh dan stabilitasnya juga terjaga. Bobot A244/S
Mod.3 adalah 265 kilogram saat dicantelkan pada helikopter. Saat torpedo
menyentuh permukaan air, parasut akan terlepas dan torpedo segera meluncur mengejar target dan menenggelamkannya.
Meskipun kerap kali menuai kecaman dari berbagai negara didunia tentang klaim nine dash line yang di gagas
Tiongkok. Negeri Tirai Bambu rutin untuk menggelar latihan dengan negara-negara
sahabat untuk menjaga iklim persahabatan diwilayahnya. Seperti dilangsir dari navalnews, AL China atau People Liberation Army-Navy (PLA-Navy) dan AL Pakistan baru saja
menyelesaikan latihan bersama (Billateral Exercise) bertajuk Sea Guardian 2020.
Frigate milik Al China Yuncheng (571) salah satu unsur dari PLA-Navy tercatat sandar di Karachi Prot, Pakistan pada
tanggal 13 Januari 2020 pukul 15.00 waktu setempat. Terdapat beberapa Kapal
dari AL Pakistan dan AL China yang turut ambil bagian dalam latihan ini.
Dikutip dari The Nation, Al Pakistan melibatkan 2 Frigate Zulfiqar Class
F22/F21, dua fast attack craft, satu pesawat fixed-wing anti-submarine patrol aircraft,
dua buah heli ship-borne helicopters dan lebih dari 60 personel pasukan khusus. Sementara AL China
mengirimkan lima unsur yakni Yinchuan guided-missile
destroyer, Yuncheng guided-missile frigate, the Weishanhu comprehensive supply
ship, dan Liugongdao kapal penyelamat kapal selam.
Berbagai skenario latihan diuji dalam latihan tersebut seperti anti-pirate speedboat attack, maritime
interception and temporary inspection, helicopter cross-deck landing,
anti-missile drill, search and rescue drill, change of guard formation, ship-aircraft
coordinated anti-submarine drill, underway replenishment control, submarine
rescue and lifesaving. Sea Guardian sendiri digelar mulai dari tanggal 10
s.d. 13 Januari 2020 di perairan utara laut Arab. Latihan ini merupakan latihan
yang keenam yang berhasil dilaksanakan.
Pasca serangan terhadap
Jenderal Solemani, Iran langsung membalas serangan tersebut dengan menghujani
rudal pangkalan Amerika Serikat yang ada di Irak. Dilangsir dari BBC, hujan
rudal terjadi di pangkalan udara gabungan AS-Irak di Ayn al-Asad, Irak Barat, Rabu
(8/1/2020). Fateh-313 merupakan rudal buatan dalam negeri yang bertipe jarak
pendeK. Rudal ini merupakan rudal jarak pendek yang pernah digunakan Iran pada
tahun 2015. Selain itu, militer Islamic Revolutionery Guards Corps (IRGC)juga menggunakan
misil Qiam. Amunisi ini digunakan dalam serangan di pangkalan militer Al-Asad
di Irak.Kedua rudal balistik ini merupakan rudal buatan dalam negeri yang
memiliki jangkauan 500 kilometer (310 mil) dan 800 kilometer. Rudal ini
merupakan pengembangan dari rudal Fateh 110 yang pernah digunakan sebelumnya.
RudalFateh 313 diluncurkan dari sebuah wilayah di Iran
Serangan
itu juga diperkuat dengan rudal Qiam. Dilangsir dari national interest sekitar
16 rudal diluncurkandari wilayah Iran untuk menggempur sasaran di Irak. Iran
mengklaim 80 an prajurit AS menjadi korban dari serangan rudal tersebut. Tidak
satupun rudal yang diluncurkan Iran berhasil ditangkis oleh rudal pertahanan
Patriot milik AS di Irak. Sebuah point penting.
Gugurnya jenderal IRAN Qasem
Soleimani mengundang duka yang mendalam dari warga IRAN. Serangan maut di akhir tahun 2019 tersebut di instruksikan oleh Presiden Amerika Serikat Donald
Trump. Sebagai eksekutor adalah drone yang battle
proven di lapangan yaitu MQ-9 Reaper. Dilangsir dari Arabnews, sumber militer
Amerika menyebutkan bahwa drone MQ-9
Reaper diterbangkan dari Pangkalan Udara AS di Lanud (Pangkalan Udara) Al Udeid, Qatar.
Drone yang membawa misil hell
fire R9X ninja ini menggugurkan sang jendral besar Iran. Dilangsir dari military.com,
Drone MQ-9 Reaper
merupakan drone buatan General Atomics
Aeronautical Systems, perusahaan AS yang khusus memproduksi pesawat tanpa
awak dan radar militer. MQ-9 Reaper mampu terbang lebih dari 40 jam dan terbang
sejauh 1.150 mil dengan muatan ringan.
Pesawat ini juga dapat membawa 4 senjata
dengan berat total lebih dari 4.500 pound (sekitar 2.000 kilogram). MQ-9
memiliki bentang sayap 20,1 meter, panjang 11 meter, tinggi 12,5 meter, dan
berat 2,2 ton. MQ-9 Reaper juga mampu terbang hingga ketinggian 50.000 feet.
Membuka awal tahun konflik antara Iran dan U.S.A mewarnai kisah
dalam tahun 2020. Masyarakat didunia Internasional was-was akan terjadinya
perang dunia ke-3. Hangat dimedia menginformasikan serangan balasan dari Iran
setelah Jenderal Qassem Soleimani gugur dalam sebuah serangan drone milik tantara
U.S.A pada Jumat (3/1/2020).Sesaat
kemudian Iran membalas serangan tersebut dengan menghujani rudal pangkalan
udara gabungan AS-Irak di Ayn al-Asad, Irak Barat, Rabu (8/1/2020). Namun dalam
segmen konflik tersebut terdapat pesawat sipil yang menjadi korban, Pesawat
Ukraine International Airlines jatuh pada pukul 06.12 waktu Iran di sekitar
Bandara Imam Khomeini, Teheran.
Dilangsir dari newsweek, Pesawat Ukraine International
Air lines Flight 752 berjenis Boeing 737–800 jatuh setelah tertembak rudal
pertahanan udara Tor-M1 surface-to-air missile system milik Iran.Sejumlah 176 warga sipil menjadi korban
terdiri dari 82 warga negara Iran, 63 warga negara Kanada, 11 Orang Kanada, 10
warga negara Swedia, 7 warga negara Afganistan dan 3 berkewarganegaraan Jerman.
Terlepas dari adanya keselahan operator atau human error, Tor-M1 surface-to-air
missile system merupakan salah satu sishanud (sistem pertahanan udara) terbaik
didunia.
Didapuk sebagai senjata penangkis seragan udara dan anti
pesawat TOR-M1 9A331-1 (NATO code : SA-15 Gauntlet) merupakan senjata mumpuni
untuk melindungi suatu wilayah dari serangan lawan. Dikutip dari
armyrecognition, sishanud (system pertahanan udara) ini mulai diperkenalkan
pada tahun 1991. Sistem Tor-M1 dipersenjatai dengan rudal 9M3331 yang mana mapu
mendeteksi dua sasaran sekaligus dan melumpuhkannya dengan cepat. Dengan
kecepatan 850 meter per detik rudal 9M331 dapat menguber target sejauh 12 km
dan mampu mencapai ketinggian 6 km dari permukaan bumi. Dimensi berat dari
rudal ini yaitu 167 kg dengan hulu ledak 15 kg.
Untuk mengusung sishanud ini, Produsen Rusia mengintegrasikannya
dengan platform 9K330 TEL (Transport Elector Launcher) yang mampu membawa 8 rudal
dan memiliki berat tempur 34 ton.
Letak Natuna yang strategis
dan memiliki sumber daya alam yang melimpah, menjadikan wilayah ini menjadi
incaran bagi bangsa asing untuk mengambil kekayaan yang ada didalamnya. Seperti
diwartakan dimedia-media nasional beberapa hari yang lalu. Kapal-kapal nelayan
china dengan dikawal kapal Coast Guard China masuk ke dalam Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) Indonesia pada bagian Natuna Utara, Kepulauan Riau. Hal ini tentu memicu protes keras dari Indonesia.
KRI Tjiptadi-381 membayangi China Coast Guard (CCG 4301)
Jika
dirunut, semua berawal dari peristiwa pada pengujung tahun lalu
Saat itu,
Pemerintah RI menyatakan protes kepada Pemerintah China pada Senin (30/12/2019)
dan Kamis (2/1/2020) karena pelanggaran ZEE di perairan Natuna. Pelanggaran ini
termasuk kegiatan illegal, unreported and unregulated (IUU) fishing dan
kedaulatan oleh coast guard atau penjaga pantai China di perairan Natuna. Seperti dilangsir dari cnbcnews.com ( Sabtu, 4 Januari 2019) , "Sehubungan dengan pernyataan Jubir (Juru
Bicara) Kementerian Luar Negeri China pada tanggal 31 Desember 2019, Indonesia
kembali menegaskan penolakannya atas klaim historis China atas ZEE," tulis
kementerian dalam rilisnya.
Garwil
(pelanggaran wilayah) yang dilakukan Coast Guard China dan Kapal Nelayan China
terdeteksi pada Senin, 30 Desember 2019. Di penghujung tahun 2019 CHINA
COAST GUARD nomor lambung 4301 (CCG 4301) yang sedang mengawal beberapa kapal
ikan China melakukan aktivitas perikanan terdeteksi oleh Kapal Perang
kebanggaan milik Republik Indonesia KRI Tjiptadi-381. Seperti dilangsir dari
antaranews.com, KRI Tjiptadi melaksanakan pengusiran Coast Guard China 4301
beserta kapal nelayan china.
Tidak
tinggal diam pada Jumat (3/1/2020), Menko Polhukam Mahfud MD memimpin rapat
tingkat menteri membahas permasalahan di Natuna di. Selepas rapat di kantor
Kemenko Polhukam itu, Menlu Retno Marsudi menyampaikan menyampaikan 4 poin
sikap resmi sebagai respons atas tindakan China yang melakukan pelanggaran di
perairan Natuna.
Berikut adalah 4 poin sikap RI atas klaim China soal Natuna:
Pertama, telah terjadi pelanggaran oleh kapal-kapal Tiongkok
(China) di wilayah ZEE Indonesia
Kedua, wilayah ZEE Indonesia telah ditetapkan oleh hukum
internasional yaitu melalui UNCLOS 1982
Ketiga, Tiongkok merupakan salah satu part (anggota) dari
UNCLOS 1982. Oleh karena itu merupakan kewajiban bagi Tiongkok untuk
menghormati, implementasi dari UNCLOS 1982
Keempat, Indonesia tidak pernah akan mengakui Nine-Dash Line,
klaim sepihak yang dilakukan oleh Tiongkok yang tidak memiliki alasan hukum
yang diakui oleh hukum Internasional terutama UNCLOS 1982.
Didapuk sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia kini terus memperkuat Pertahanan dalam negeri. Seperti kita ketahui Republik Indonesia memiliki luas wilayah sebesar 1,904,569 km2 dengan jumlah pulau sebanyak 17.508 pulau, tentu hal ini memerlukan pertahanan yang kuat dan besar untuk menjaga seluruh sumber daya manusia dan sumber daya alam yang terkandung didalamnya. Diperlukan alutsista yang canggih yang modern serta kemandirian dalam bidang pertahanan untuk menjaga kepingan surga yang jatuh di Nusantara. Dilangsir dari halaman PT DI pada situs indonesian-aerospace.com, Perusahaan BUMN kebanggaan rakyat Indonesia ini, baru saja memperkenalkan drone terbaru buatan anak bangsa. Drone yang dinamakan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) atau PUNA MALE ini merupakan hasil kerjasama TNI, Ditjen Pothan Kemhan, BPPT, ITB, PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan PT Len Industri (Persero).
Setelah melalui riset yang panjang, akhirnya kita bisa memiliki drone buatan dalam negeri. Ditilik dari sejarahnya Inisiasi pengembangan PUNA MALE telah dimulai oleh Balitbang Kemhan sejak tahun 2015 dengan melibatkan TNI, Ditjen Pothan Kemhan, BPPT, ITB, dan PT Dirgantara Indonesia (Persero). Proses perancangan dimulai dengan kegiatan preliminary design, basic design dengan pembuatan dua kali model terowongan angin dan hasil ujinya di tahun 2016 dan tahun 2018 di BPPT, serta pembuatan engineering document and drawing tahun 2017 dengan anggaran dari Balitbang Kemhan dan BPPT. Pada tahun 2017 telah terbentuk perjanjian bersama berupa Konsorsium Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA MALE) dengan anggota yang terdiri dari Kementerian Pertahanan RI yaitu Ditjen Pothan dan Balitbang, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), TNI AU (Dislitbangau), Institut Teknologi Bandung/ITB (FTMD), BUMN yaitu PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan PT Len Industri (Persero). Di tahun 2019 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) masuk sebagai anggota konsorsium tersebut.
Dikutip Liputan6.com, drone ini mampu beroperasi dengan radius hingga 250 km. Selain itu, PUNA MALE ini memiliki ketinggian jelajah rata-rata 3.000-5.000 meter dengan maksimal jelajah di 7.200 meter. Tidak hanya itu, spesifikasi lain dari drone ini adalah memiliki kecepatan jelajah maksimal 250 km/jam, kemampuan take off dengan panjang landasan 700 meter dan bisa landing dengan landasan 500 meter.
Keamanan
pelayaran bagi negara yang memiliki wilayah laut merupakan prioritas. Banyak
tipe dan varian dari berbagai kapal patroli yang telah dibuat galangan kapal di
dunia untuk menjawab tantangan keamanan tersebut. Salah satu tipe yang banyak
digemari yaitu kapal Littoral Mission
Ships (LMSs). Dilangsir dari Janes.com (Rabu, 31 Desember 2019)
Galangan Kapal asal China telah menyerahkan Kapal Perang “KERIS” class milik angkatan laut Malaysia atau Royal Malaysian Navy (RMN) di fasilitas
milik Galangan Kapal Wuchang Shipbuilding
di Qidong dekat kota Shanghai, Cina.
KERIS
class merupakan kapal perang pertama dari empat kapal perang yang dipesan AL
Malaysia. Dua kapal dibuat di Cina sementara dua kapal selanjutnya akan dibuat
di Malaysia melalui galangan kapal nasional Malaysia's
Boustead Naval Shipyard (BNS) dengan lisensi dari China Shipbuilding & Offshore
International Corporation (CSOC).
Tim official dari China dan Malaysia dalam penyerahan KERIS Class di Wuchang, Cina.
Kapal
Perang KERIS class dengan nomor lambung 111, sejatinya telah diluncurkanpada
tanggal 15 April 2019. Kapal perang kedua dari kelas ini yaitu SUNDANG class
dengan nomor lambung 112 telah diluncurkan pada tanggal 12 Juli 2019 dan akan
diserahkan kepada AL Malaysia pada April 2020.
Secara
umum, KERIS class memiliki bobot 700 ton, panjang keseluruhan 68,8 meter dan
lebar 9 meter serta draf 2.8 meter. Kapal ini juga mampu mencapai kecepatan
maksimal 22 knot dan daya jelajah 2.000 Nautical Miles.