Never Stop Learn

Kamis, 14 Februari 2019

Satu Peluru Satu Musuh Jatuh



Judul                      : Satu Peluru Satu Musuh Jatuh
Tahun Terbit          : 2015
Penerbit                 : Kompas Gramedia
Penulis                   : A. Winardi
Halaman                " 189 halaman.


    Buku ini berkisah kehidupan Tatang Koeswara sang Sniper Indonesia berkaliber Dunia. Dikisahkan dengan runtut dan ringan sehingga mudah dipahami. Tatang Koeswara Lahir dari keluarga Brimob pada 12 Desember1946 di Medan, Sumatera Utara.
Pada tahun 1950 Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) mendeklarasikan diri, ayah tatang pun ikut terlibat dalam menumpas pemberontakan tersebut. Dalam suatu penyergapan ayah tatang dinyatakan meninggal dalam serangan mortir. Jenazah dinyatakan hilang. Akhirnya ibu tatang menikah dengan anggota TNI AD asal Jawa Barat yg sedang bertugas di Sumatera. Tatang akhirnya ikut berpindah ke Banten ikut bersama orang tua.
Tahun 1965 Tatang lulus dari Sekolah Teknik di Purwakarta Jabar. Tatang tinggal bersama kakeknya sembari menjadi pemain  bola di kabupaten Purwakarta. Pada tahun 1966 Tatang mendaftar menjadi prajurit tamtama dan dinyatakan Lulus. Tahun 1967 Lulus dan dan bertugas di Kostrad Cilodong. 1973 Tatang kembali mendapat kesempatan mendapat pendidikan di Sekolah Bintara dan mendapatkan peringkat yang baik. Tahun 1974 menjadi pelatih menembak di Pusdik Infanteri Bandung.  Berkat kemampuannya yang mumpuni menggunakan senapan, Tatang mendapat kesempatan pelatihan Sniper dari First Special Group Green Barrets Amerika.

Bersama 30 Prajurit terbaik dari Kopassus, Tatang menimba ilmu tempur hutan, rawa, laut, perkotaan,  kontra sniper, kamuflase, pengintaian, melacak jejak, raid dan sabotase.
Senapan yang digunakan yaitu Winchester Model 70 yang sangat mematikan. Tahun 1975 pecah Konflik Timur-Timur, pemerintah pun menggelar operasi Seroja. Pasukan TNI harus menghadapi pasukan Fretilin yang diperkuat dengan milisi bersenjata ex Tropas pasukan Portugis. Para sniper Tropas memiliki kemampuan yang baik dan senjata yang mumpuni. Banyak prajurit gugur di tangan sniper-sniper handal dari kubu Fretilin. Satuan yang diterjukan menyerbu kota Dili antara lain Detasemen Tempur 1 Group 1 kopashanda, Yonif 501/Raider, Yonif502/Raider dan Tim Pendarat 5 Brigade Pendarat 1/Marinir. Pasukan mendapat gangguan dari Sniper Fretilin yang menguasai medan.

BACA JUGA : BUNG KARNO DIANTARA SAKSI DAN PERISTIWA 

Pada tahun 1977 Tatang diterjunkan ke Timur-Timur untuk mengawal Kolonel Edi Sudrajat yang kala itu menjadi Dansatgasus. Tatang pun akhirnya meminta izin untuk bertempur di garis depan. Tatang mulai beroperasi di Lautem Lospalos. Salah satu sasaran pertamanya yaitu milisi yang mengoperasikan senapan otomatis yang terus menghujani pasukan infanteri TNI. Dengan sigap milisi itu dilumpuhkan dengan satu butir peluru tepat di kepalanya. 

BACA JUGA : BABAD DIPONEGORO

   Salah satu pertempuran yang menghasilkan hingga 49 korban dan terkonfirmasi oleh Fretilin dan TNI yaitu ketika Tatang menghadang milisi Fretilin di daerah Remexio 1977. Dalam pertempuran sepanjang Sungai Lois dan Ramexio tanggal 24-30 September 1977 TNI kehilangan 321 prajurit terbaiknya. Tatang bersama spoternya Letnan Ginting, bersembunyi di tepi jurang dan mengamati gerombolan fretilin. Prajurit TNI dari batalyon lain mengalihkan perhatian gerombolan fretilin tersebut dari balik bukit. Saat terfokus dengan serangan regu patroli TNI, Tatang mulai menghantam satu persatu milisi Fretilin. Tercatat 41 fretilin roboh oleh peluru Tatang. Korban ini pun terkonfirmasi dalam laporan Kolonel Edi Sudrajat dan pihak fretilin sehingga Tatang masuk kedalam jajaran aniper papan atas dalam buku Sniper: Training Techniques and Weapons karya Peter Brookesmith asal U.S.A.

BACA JUGA :LONG RANGE PROJECTION
 Namun saat dikonfirmasi, Tatang sendiri mengaku telah merobohkan milisi fretilin lebih dari 100 milisi. Luar biasa....Subhanallah.



Author: ririd_pahlawi/IG
@copyright2019

Share:

2 comments:

  1. PRajurit sejati cinta NKRI

    BalasHapus
  2. Almarhum sudah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Namanya harum mewangi menjadi patriot bangsa.

    BalasHapus

Arsip Blog