ANALISIS PROSEDUR PENERJEMAHAN TEKS
“Pegon: a
Javanese script of acculturation and resistance is fading”
RIDWAN PAHLAWI
041461674
Pahlawiridwan@gmail.com
Program
S1 Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan
Fakultas
Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS
TERBUKA
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul Analisis Prosedur Penerjemahan Teks “Pegon: a Javanese script of acculturation
and resistance is fading” ini mengkaji prosedur penerjemahan yang
digunakan penulis dalam menerjemahkan teks tersebut dari bahasa sumber (BSu) ke
bahasa sasaran (BSa). Hasil Analisis menunjukan bahwa penulis menggunakan prosedur penerjemahan
Naturalisasi, Transferensi, Modulasi dan Generik untuk menerjemahkan teks dari teks
sumber (TSu) ke teks sasaran (TSa). Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk melihat proses penerjemahan dari teks Analytical Exposition berjudul dengan menggunakan “Pegon: a
Javanese script of acculturation and resistance is fading”.
Kata kunci: penerjemahan, prosedur penerjemahan, transferensi
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bahasa pada masa ini
merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikuasai oleh umat manusia dalam
berkomunikasi dengan manusia yang lain. Dengan adanya
kemajuan teknologi komunikasi antar manusia tidak hanya terjadi pada tataran
masyarakat, antar kelompok dan wilayah regional ataupun negara melainkan pada
tingkat internasional. Antar individu
dipenjuru dunia saat ini bisa dengan mudah berkomunikasi dan saling bertukar informasi melalui ponsel.
Bahasa inggris sebagai bahasa internasional merupakan sarana penghubung yang
dapat diterima diseluruh dunia. Namun perbedaan budaya kadang menjadi kendala dalam
penyampaian pesan. Disinilah peran penerjemahan menjadi sangat penting untuk
kesamaan dan pemahaman pesan yang disampaikan. Menurut Newmark (1988)
penerjemahan adalah suatu upaya atau
usaha untuk menyatakan kembali makna
suatu teks dalam bahasa lain sebagaimana diinginkan penulis aslinya. Sementara
itu pendapat lain terkait penerjemahan yaitu Catford (1969:20) menyatakan bahwa
penerjemahan adalah digantinya materi tekstual suatu Bahasa (BSu) oleh materi
tekstual yang sepadan dalam bahsa lain (BSa). Terkait dengan kendala dalam
proses penerjemahan suatu teks Nida (dalam Hoed, 2006: 24) menyatakan bahwa
kendala penerjemahan dalam suatu teks ada empat yaitu, kendala Bahasa, kendala
kebudayaan sosial, kendala kebudayaan religi dan kebudayaan material. Dari
pendapat ahli diatas dapat diketahui bahwa kendala yang dihadapi penerjemah
adalah bahasa dan budaya. Ketidaksepadanan makna juga merupakan suatu tantangan
bagi penerjemah, Baker (1992) menyebut masalah ketidaksepadanan dengan istilah “commons problems of non equivalence”.
Salah satunya disebabkan oleh “culture-specific
concept” dimana konsep suatu bahasa tidak ada di bahasa sasaran (BSa).
1.2 Rumusan
Masalah
Melihat latar belakang tersebut, disusunlah rumusan masalah sebagai
berikut:
a.
Prosedur penerjemahan apa yang paling sesuai
untuk menemukan padanan kata yang terdapat
dalam teks Analitical
Exposition berjudul
“Pegon: a Javanese script of acculturation and resistance is fading”
b. Bagaimana dampak
prosedur penerjemahan
yang dipilih penulis terhadap kesepadanan makna dalam
BSu dan Bsa dari teks Analytical Exposition
berjudul “Pegon: a
Javanese script of acculturation and resistance is fading”.
1.3 Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan
karya ilmiah ini yaitu:
a.
Mengindentifikasikan
kendala yang dihadapi penulis dalam menerjemahkan teks “Pegon: a Javanese
script of acculturation and resistance is fading”.
b.
Mengetahui
metode dan prosedur penerjemahan yang tepat untuk menerjemahkan teks “Pegon: a Javanese
script of acculturation and resistance is fading”.
1.4 Manfaat
a.
Memberikan
informasi kepada pembaca tentang kendala
yang dihadapi penulis dalam menerjemahkan teks terkait dengan bahasa dan budaya
yang berbeda antara bahasa sumber (BSu) dengan bahasa sasaran (BSa).
b.
Memberikan
solusi penerjemahan yang, akurat, wajar dan berterima dalam menerjemahkan
sebuah teks.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode Penerjemahan
Definisi penerjemahan menurut Nida dan Taber dalam buku The Theory and Parctice of Translation (1969) yaitu proses menciptakan kembali makna dalam bahasa sasaran
padanan natural yang paling mendekati pesan dalam (Bsu) bahasa sumber, dilihat
dari segi makna dan gaya. Sementara itu
pendapat dari Peter Newmark (1988) menyatakan bahwa penerjemahan sebagai suatu
usaha atau upaya untuk menyatakan kembali makna suatu teks ke dalam bahasa lain
sebagaimana diinginkan penulis aslinya. Pendapat beberapa ahli lain yang dapat
diambil sebagai referensi dalam menerjemahkan teks diantaranya: Vinay dan
Darbenet dalam Munday (2001: 56-58) membagi penerjemahan menjadi dua yakni
penerjemahan langsung dan tidak langsung (direct translation dan oblique
translation).
a. Penerjemahan Langsung:
1) Peminjaman
Metode ini dilakukan
dengan cara menulis kembali istilah
bahasa sumber ke dalam bahasa yang diterjemahkan tanpa melakukan perubahan. Langkah
ini diambil karena adanya perbedaan
lingkungan, budaya, atau pandangan hidup antara pengguna bahasa sumber (BSu) dengan
pengguna bahasa sasaran (BSa). Peminjaman dapat bersifat murni (Pure Borrowing) atau naturalisasi (Naturalized Borrowing) sebagai contoh:
BSu
|
BSa
|
Kategori
|
Android
|
Android
|
Murni (Pure)
|
Computer
|
Komputer
|
Alamiah
(Naturalized)
|
2) Calque
Kalke (Calque) dilakukan
dengan cara menerjemahkan kata atau frasa dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa
sasaran (BSa) secara literal. Contoh:
BSu
|
BSa
|
Ministry of Defence
|
Kementerian
Pertahanan
|
English Dictionary
|
Kamus
Bahasa Inggris
|
3) Penerjemahan Harfiah
Metode penerjemahan
Harfiah dilakukan dengan cara
menerjemahkan kata demi kata dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa)
dengan tanpa melakukan perubahan susunan
kata. Contoh:
BSu
|
BSa
|
He made a fine showing in the met
|
Dia membuat pertunjukan yang bagus dalam pertandingan itu
|
b. Penerjemahan Tidak Langsung
1) Transposisi
Metode ini dilakukan dengan
cara mengubah kata, frasa atau kalimat
dari bahasa sumber (BSu) dirubah pada tataran kata ke frase atau kalimat ke dalam bahasa sasaran
(BSa) dengan tujuan untuk mendapatkan pesan yang berterima bagi pembaca. Contoh:
BSu
|
BSa
|
Xie Jin Ping will visit him next week
|
Presiden Xie Jin Ping akan mengunjungi (Donald Trump) minggu depan.
|
2) Modulasi
Metode modulasi dilakukan
dengan cara merubah sudut pandang untuk menyampaikan suatu hal dengan cara
pengungkapan yang berbeda namun maknanya sama. Contoh:
BSu
|
BSa
|
The progress report must be submitted every three months
|
Laporan kemajuan harus diserahkan setiap
kuartal
|
3) Padanan
Metode padanan/
ekuivalensi yaitu metode yang dilakukan dengan cara merubah atau memodifikasi istilah atau ungkapan dari bahasa sumber (BSu) sehingga sesuai dengan istilah
atau ungkapan yang lazim dan sesuai kaidah bahasa sasaran (BSa). Contoh:
BSu
|
BSa
|
Efficient, effective, ambiguity
|
Efisien. Efektif, ambigu
|
4) Adaptasi
Metode adaptasi dilakukan apabila terdapat
istilah atau ungkapan dalam bahasa
sumber (BSu) yang tidak ditemukan dalam bahasa sasaran (BSa), sehingga perlu
disesuaikan dengan budaya yang lazim digunakan dalam bahasa sasaran (BSa).
Contoh:
BSu
|
BSa
|
Rising to 12.388 feet, Mount Fujiyama is the tallest mountain in Japan
|
Ketinggiannya yang mencapai 3.776 meter
menjadikan Gunung Fujiyama tertinggi di Jepang.
|
I will meet andy on Friday at half-past ten
|
Saya akan bertemu andy pada hari Jumát pukul 10.30
|
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode
kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengambil data secara
langsung dari artikel berbahasa inggris dengan judul “Pegon: a Javanese script of acculturation and resistance is fading”
yang ditulis tim redaksi The Jakarta Post pada hari Selasa, 19 Oktober 2021.
Artikel Teks dengan genre Analytical
exposition tersebut terdiri atas 7 paragraf, 41 kalimat dan 627 kata, selanjutnya
dianalisa dan dikaji mengenai metode dan prosedur penerjemahan yang digunakan
oleh penulis. Metode penerjemahan diterapkan dalam keseluruhan teks sementara
prosedur penerjemahan digunakan pada tataran yang lebih kecil yaitu klausa, frasa
dan kata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis dan
pembahasan teks dengan judul “Pegon: a
Javanese script of acculturation and resistance is fading” disajikan dalam
bentuk table disertai dengan penjelasan untuk mempermudah dalam memahami proses
penerjemahan dan prosedur atau metode penerjemahan yang digunakan oleh penulis.
PARAGRAF 1
Teks Sumber
|
Teks Sasaran
|
Pegon: a Javanese script
of acculturation and resistance is fading
Like many other
scripts, Pegon is inclusive in its use. However, since Pegon was derived from
the Arabic script, its identity is inevitably tied with Islam.
"Now people use the Latin script [more often], while Pegon is only used
in [some Javanese] pesantren. So, the fewer people enroll in pesantren, the
fewer people that can read and write Pegon," said Ahmad Rosidi, a
40-year-old Teacher at Madrasah Diniyah Ar-Rochmani, in
Wonogiri, Central Java, who has been teaching Pegon since 1999.
|
Pegon
: Aksara Jawa tentang akulturasi dan perlawanan yang memudar
Seperti Skrip pada umumnya, Aksara pegon
digunakan secara khusus dalam penggunaannya. Aksara Pegon selalu identik
dengan Islam, mengingat aksara ini diadaptasi dari aksara Arab. “Saat ini
orang lebih suka menggunakan aksara latin, sedangkan aksara Pegon hanya
digunakan oleh beberapa pesantren Jawa. Semakin sedikit orang yang menimba
ilmu di pesantren, maka semakin sedikit orang yang bisa membaca dan menulis
Pegon”, Ungkap Ahmad Rosidi (40) yang bekerja sebagai pengajar aksara Pegon
sejak tahun 1999 di Madrasah Diniyah Ar-Rochmani Wonogiri, Jawa Tengah.
|
Analisa dan
Penjelasan:
Dari paragraph 1 dapat ditemukan kata yang
diterjemahkan dengan penerapan prosedur penerjemahan Naturalisasi, seperti kata
scripts diterjemahkan menjadi skrip.
Kata arabic merupakan hasil penerapan
prosedur penerjemahan naturalisasi, sehingga Arabic diterjemahkan menjadi arab.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) skrip berarti naskah (film,drama
dan sebagainya).
PARAGRAF 2
Teks Sumber
|
Teks Sasaran
|
Like many
other scripts, Pegon is inclusive in its use. However, since Pegon was
derived from the Arabic script, its identity is inevitably tied with Islam.
"Now people use the Latin script [more often], while Pegon is
only used in [some Javanese] pesantren. So, the fewer people enroll in
pesantren, the fewer people that can read and write Pegon," said Ahmad
Rosidi, a 40-year-old preacher at Madrasah Diniyah Ar-Rochmani, in Wonogiri,
Central Java, who has been teaching Pegon since 1999.
|
Seperti aksara lainnya, Pegon digunakan
secara khusus dalam penggunaannya. Aksara pegon diadaptasi dari aksara Arab
sehingga identik dengan Islam. “Hari ini orang-orang menggunakan lebih banyak
aksara latin, sementara Pegon hanya digunakan di beberapa pesantren jawa. Sehingga semakin sedikit orang yang
belajar di pesantren jawa makin sedikit orang yang bisa membaca dan menulis
Pegon” ungkap Ahmad Rosidi (40) salah satu pengajar di Madrasah Diniyah
Ar-Rochmani Kota Wonogiri, yang telah mengajar aksara Pegon sejak 1999.
|
Analisis dan
Penjelasan:
Pada Paragraf 2 terdapat kata Pegon yang diterjemahkan menggunakan
metode penerjemahan transferensi sehingga kata tersebut tetap digunakan dalam
TSa. Prsedur penerjemahan ini sesuai dengan pendapat Newmark (1988) transferensi adalah prosedur penerjemahan
dengan memungut kata atau istilah bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran
(BSa). Untuk prosedur ini Baker (1992) menggunakan istilah translation using loan word sementara pendapat lain dari Vinay dan
Dalbernet (2000) menyebutnya sebagai borrowing.
PARAGRAF 3
Teks Sumber
|
Teks Sasaran
|
Miftahul Ma'rufin, a santri (student at an Islamic boarding school) from
Pesantren Hudatul Muna Dua finds that the number of people interested in
studying Pegon is dwindling. "This is because many [religious] books
have been translated into Indonesian [and] many find it easier to
study." To prevent further fading of Pegon, Komunitas Pegon
(Pegon Community), which formed in Banyuwangi, East Java, has been engaged in
researching, documenting and publishing the historical treasures since Aug. 8,
2017. The community is also carefully studying and digitizing its collection
of ancient manuscripts. "We work with many organizations, including with
Dreamsea [in 2019], Litbang Agama [Religious Research and Development] in
Semarang [in 2020] and soon with the British Library’s EAP [Endangered
Archives Program]," said Ayung Notonegoro, an activist from Komunitas
Pegon.
|
Salah satu santri dari Pondok Pesantren
Hudatul Muna Dua, Miftahul Ma’rufin menemukan bahwa jumlah orang yang
tertarik untuk mempelajari aksara Pegon semakin menurun. Ia berkata “Hal ini
terjadi karena banyak buku agama yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia dan orang lebih mudah mempelajari buku-buku tersebut”. Untuk
menghindari semakin berkurangnya aksara Pegon, orang-orang yang tergabung dalam Komunitas Pegon melakukan penelitian,
pendokumentasian, dan penerbitan terkait dengan aksara pegon yang merupakan
aset sejarah, sejak tanggal 8 Agustus 2017. Komunitas yang terbentuk di
Banyuwangi, Jawa Timur ini juga mempelajari dan mendigitalkan dengan seksama
koleksi manuskrip (naskah-naskah) kuno. “Kami telah bekerjasama dengan
berbagai organisasi termasuk Dreamsea*
pada tahun 2019, Litbang Agama di Semarang tahun 2020 dan program selanjutnya
dengan British Library EAP*” kata
Ayung Notonegoro salah satu aktivis dari Komunitas Pegon.
|
Analisis dan Penjelasan:
Pada Paragraf 3 kata santri tetap digunakan dalam TSa karena kata
tersebut memenuhi aspek readability,acceptability dan accuracy. Terdapat kata Pegon
yang diterjemahkan menggunakan metode penerjemahan transferensi sehingga kata
tersebut tetap digunakan dalam TSa. Kata
“Dreamsea” tetap dipertahankan dalam TSa dengan penjelasan. Prosedur
ini digunakan apabila penjelasan kata tersebut panjang dan apabila ditulis di
teks akan mengganggu (Hoed, 2006).
Catatan Kaki: *Dreamsea kepanjangan dari Digital
Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia
(DREAMSEA). Adalah program pemerintah Indonesia untuk menyelamatkan
manuskrip-manuskrip kuno di wilayah Asia Tenggara.
PARAGRAF 4
Teks Sumber
|
Teks Sasaran
|
In addition,
the community has joined the Indonesian Internet Domain Name Manager (PANDI)
to register the script in Unicode. Ayung explained that this was done so that
in future "the Pegon script can be equivalent to Latin, Arabic and other
scripts available in various digital formats."
|
Selain itu, Komunitas Pegon juga
berkolaborasi dengan Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) untuk
mendaftarkan skrip Unicode*. Ayung
juga menjelaskan hal ini dilakukan agar aksara Pegon memiliki kedudukan yang
sama dengan aksara Latin, Arab dan aksara lainnya yang tersedia dalam
berbagai format digital.
|
Analisis dan Penjelasan
Pada Paragraf 4
terdapat kata “Unicode” yang
diterjemahkan menggunakan prosedur penerjemahan Catatan kaki sehingga kata
tersebut tetap digunakan dalam TSa. Kata “Unicode” tetap dipertahankan
dalam TSa dengan penjelasan catatan kaki.
Catatan Kaki: *Unicode adalah standar pengkodean internasional untuk digunakan
dengan bahasa dan skrip yang berbeda. Cara kerjanya yaitu dengan memberikan
nomor unik untuk setiap karakter, menciptakan penyandian, representasi, dan
penanganan teks yang konsisten.
PARAGRAF 5
Teks Sumber
|
Teks Sasaran
|
Acculturation
Pegon was born
out of acculturation, adaptation and the acquisition of Islamic faith by the
Muslim pioneers in Java. It is estimated that religious scholars first used
the script around the turn of the 15th century — when the spread of Islam
across the island under the Wali Songo (the nine saints believed to have
brought Islam) was at its peak.
"We
believe that the history of the development of the Pegon script coincided
with the development of pesantren [as an institution] in Java," said
Alfan Firmanto, a junior researcher in the field of religious literature at
the Research, Development and Training Agency of the Religious Affairs
Ministry.
|
Akulturasi
Aksara pegon tercipta dari hasi akulturasi
budaya, adaptasi an akuisisi Ajaran Islam yang dilakukan oleh para penyembar
agama islam di jawa. Diperkirakan aksara ini mulai digunakan oleh para ulama
(penyebar agama islam) pada abad 15 ketika penyebaran agama Islam oleh Wali
Songo (Sembilan Ulama Penyebar agama Islam) di Pulau Jawa mencapai puncak
kejayaaan.
“Kami meyakini bahwa perkembangan aksara
Pegon bersamaan dengan perkembangan pesantren sebgai institusi di Jawa kala
itu” kata Alfan Frimanto (52), peneliti junior di bidang sastra religi di
bidang Litbang Kementerian Agama RI.
|
Analisis dan
Penjelasan:
Pada paragraf 5 dapat ditemukan kata yang diterjemahkan
dengan menggunakan prosedur penerjemahan transferensi yaitu Wali Songo. Hal ini
tetap dipertahankan dalam Tsa dengan penjelansan dalam kurung bahwa wali songo
merupakan ulama penyebar ajaran agama Islam di Pulau Jawa.
PARAGRAF 6
Teks
Sumber
|
Teks
Sasaran
|
The 52-year-old researcher hypothesizes that the script was part of the
da'wah (Islamic proselytization) strategy of the ulema to introduce the
values of Islamic teachings in Java. "Islam [arrived] in Java when the
Javanese people [had adopted] the Kawi [Arabic-Malay] and Javanese scripts in
their writing tradition."
To avoid the fading of one culture, a bridge that was the Pegon script
was born. The writing system uses modified Arabic characters to write
Javanese. "[It is similar to] the Jawi script which is spread across the
Malay Peninsula.
|
Alfan juga mengemukakan hipotesisnya bahwa
naskah dengan aksara pegon merupakan strategi dakwah (Penyebaran agama islam)
untuk memperkenalkan nilai-nilai luhur ajaran agama Islam di Jawa, yang mana
pada saat itu masyarakat di Jawa telah mengenal aksara Kawi (aksara hasil
adaptasi Arab dan Melayu) dan aksara Jawa dalam tradisi penulisan saat itu.
Ayung dari Komunitas Pegon menambahkan
“Untuk menghidari lunturnya salah satu budaya maka diciptakanlah aksara
Pegon. Aksara ini menggunakan karakter aksara Arab yang dimodifikasi untuk
menulis Jawa, sehingga aksara ini mirip dengan aksara Jawa yang telah
digunakan di Semenanjung Malaya.
|
Analisis dan
Penjelasan:
Pada paragraf 6 dapat ditemukan kata “Kawi”
dipertahankan dalam TSa dengan prosedur penerjemahan transferensi Hal ini tetap
dipertahankan dalam TSa. Serta diberi penjelasan dalam kurung. Newmark
(1988) menyatakan bahwa prosedur
transferensi dilakukan dengan cara mengambil kata atau istilah dalam bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran
(BSa). Prosedur transferensi dapat digunakan apabila istilah budaya dalam
bahasa sumber (BSu) sudah dikenal dan lazim bagi pembaca dalam teks sasaran (Tsa).
Frasa “The 52-year-old
researcher” diterjemahkan menjadi subjek “Alfan” dengan prosedur penerjemahan Modulasi. Hoed
(2006) berpendapat bahwa dalam penerjemahan modulasi, seorang penerjemah memilih
padanan yang secara semantik berbeda sudut pandang makna atau cakupan maknanya,
namun memberikan pesan atau maksud yang
sama.
PARAGRAF 7
Teks
Sumber
|
Teks
Sasaran
|
Pegon bravado
Although
identic with Islamic boarding school education, Pegon was also used for
various other things, including poetry, diaries, letters and official state documents.
There was a time when Pegon knew no ethnicity nor religion. "
[Pegon] was
not used exclusively for religious matters like fiqh, tauhid or tafsir
[Islamic jurisprudence, the Islamic concept of monotheism and scripture
interpretation] and the like," said Ayung. "For example, Pegon was
used in several letters from the King of Buleleng to governor general Thomas
Stamford Raffles in the 19th century."
|
Penggunaan Pegon
Meskipun Pegon identik dengan Pondok
Pesantren, pada penggunaanya aksara ini diaplikasikan dalam berbagai hal
seperti puisi, catatan harian, surat menyurat dan dokumen resemi negara.
Ayung berkata “Penggunaan aksara Pegon tidak selalu terkait dengan Islam
melainkan lintas suku dan agama. Pegon tidak khusus digunakan hanya dalam
konteks agama seperti fikih, tauhid atau tafsir dan sejenisnya. Sebagai
Contoh Pegon digunakan dalam surat menyurat antara Raja Buleleng dengan
Guberneur Jenderal Thomas Stamford Raffles pada abad ke-19.
|
Analisis dan
Penjelasan:
Pada paragraf 7 frasa
Pegon Bravado diterjemahkan kedalam
Tsa menjadi Penggunaan agar memenuhi aspek accuracy
dan readability frasa ini
diterjemahkan dengan prosedur penerjemahan kata generik. Menurut Baker (1992) prosedur penerjemahan dengan kata generik digunakan sebagai solusi mengatasi kesulitan menemukan padanan kata yang lebih spesifik di dalam BSa
sebagai padanan kata dalam Bsu. Pada Kalimat kedua paragraph 4
penulis merubah posisi TSa “Ayung Berkata” menjadi subjek di awal
kalimat, namun pesan yang disampaikan tetap sama akurat, wajar dan berterima.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
hasil analisis dan penjelasan diatas, dapat diperoleh kesimpulan terkait dengan
prosedur penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan teks dengan judul “Pegon: a Javanese script of acculturation
and resistance is fading”, yaitu :
1.
Dalam menerjemahkan sebuah teks dapat
digunakan berbagai metode dan prosedur penerjemahan untuk mendapatkan hasil
yang maksimal dan memenuhi aspek readability,
accuracy dan acceptability.
2. Prosedur
penerjemahan yang digunakan dalam teks diatas diantaranya Prosedur penerjemahan
Naturalisasi, Transferensi, Modulasi dan Generik.
3.
Beberapa kendala yang ditemukan dalam
menerjemahkan teks diatas yaitu perbedaan sistem dan struktur bahasa yang
berdeda sehingga penerjemah dituntut untuk memahami system dan struktur bahasa
sasaran. Perbedaan budaya antara teks sumber (TSu) dan teks sasaran (TSa)
sehingga diperlukan penggunaan prosedur penerjemahan yang sesuai agar
didapatkan hasil yang akurat, wajar dan berterima.
4.
Saran yang bisa disampaikan kepada
penerjemah yaitu sebelum menerjemahkan sebuah teks seorang penerjemah hendaknya
mempertimbangkan istilah-istilah budaya dan prosedur penerjemahan agar pesan
yang ingin disampaikan penulis dapat dimengerti oleh pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Karnedi.
(2018). Analisis Teks dalam Penerjemahan (Edisi Kesatu). Tangerang
Selatan: Universias Terbuka.
Rahmat Budiman, dkk. (2018). Teori dan Masalah
Penerjemahan (Edisi Kesatu).
Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Referensi dari internet:
https://www.thejakartapost.com/paper/2021/11/19/pegon-a-javanese-script-of-acculturation-and-resistance-is-fading.html
https://kbbi.kemdikbud.go.id/
https://rumahpusbin.kemdikbud.go.id/buku/Buku%20Penyuluhan%20Tata%20Istilah.pdf