Never Stop Learn

Tetaplah menjadi penimba ilmu dan menyebar kebaikan

Proactive-Calm-Responsible-Confidence-Creative.

Never Stop Learn

Tetap Semangat Jangan Pernah Menyerah

Amazing

Good Learner

MILITERDEFENCE.COM

Do the Best Let God do the rest

Rabu, 06 November 2019

Frigate Tipe 054AP buatan Cina perkuat Angkatan Laut Pakistan

Pakistan Navy akan mendapat perkuatan kapal perang Frigate type 054 A/P multi-role frigates buatan China. Dikutip  dari Navyrecognition.com, Galangan Kapal Hudong Zhoghua Shipyard pada tanggal 1 November 2019 telah menyelenggarakan upacara steel cutting digalangan perusahaan tersebut.


 www.chinasignpost.com

Disarikan dari Janes.com Pakistan Navy telah memesan 4 type 054AP frigate sejak tahun 2017, dan pesanan kali ini merupakan kapal ketiga dari kelas 054 AP frigate yang dipesan pada tahun 2018, dan dijadwalkan akan selesai pada Tahun 2021.

Frigate type 054AP merupakan Kapal Perang Canggih yang dikembangkan dari Frigate  Type 054A yang telah dioperasikan Angkatan Laut China atau People's Liberation Army Navy (PLA Navy) sejak Tahun 2007. 


 www.sinodefence.com

Kapal Perang ini mampu membawa 165 crew dan dipersenjatai dengan berbagai alutsista terbaru seperti , 32 vertical launcher systems yang mampu meluncurkan rudal pertahanan udara HQ-16 medium-range air defence missiles (rudal pertahanan jarak menengah) dan rudal anti kapal selam  (anti-submarine missiles), 8 cell peluncur rudal canggih buatan negeri tirai bambu tipe C-803 anti-ship/land-attack cruise missiles, 2 senapan mesin CIWS (Close in Weapon System), 6 peluncur torpedo Yu-7ASW kaliber 324mm, 12 peluncur roket anti kapal selam Type 97 240mm anti-submarine rocket, 18 tabung peluncur rudal decoy.



 www.gettyimage.com

Selain dipersenjatai dengan alutsista modern,Frigate tipe  054AP memiliki heli deck pada bagian buritan yang berfungsi untuk mengangkut heli anti Kapal selam tipe Kamov Ka-28 Helix atau Helikopter Harbin Z-9C.

 



Source : janes.com/thediplomat.com/navyrecognition.com/navalnews.com/gettyimage.com/chinasign.com/sinodefence.com

author : masririd
Share:

17 Teknik Penerjemahan yang biasa digunakan

Dalam menerjemahakan teks dari Bahasa Sumber (BSu) kedalam Bahasa Sasaran (BSa) terdapat beberapa teknik, diantaranya:


1. Peminjaman (borrowing), yaitu suatu teknik yang  mengambil sebuah kata atau istilah langsung dari bahasa sumber. Dalam proses tersebut dibagi menjadi dua jenis yaitu Pure borrowing dan Nature Borrowing. Pure Borrowing (Peminjaman murni) dilakukan dengan tidak mengubah morfologi ataupun fonetik dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, sedangkan peminjaman yang menggunakan penyesuaian fonetik dan morfologi bahasa sasaran adalah teknik peminjaman alamiah (nature borrowing). 
Contoh:
·                     Pure borrowing: android menjadi android; software menjadi software 
·                     Nature borrowing: Computer –> Komputer


2. Kalke (calque), adalah teknik yang menerjemahkan kata asing atau frasa kedalam bahasa sasaran dengan menyesuaikan struktur bahasa sasaran.
Contohnya: beautiful girl diterjemahkan menjadi gadis cantik
 
3. Penerjemahan Harfiah (literal translation), adalah penerjemahan kata-demi-kata. Penggunaan teknik ini tentu harus memperhatikan konteks, karena tidak semua kalimat dapat diterjemahkan menggunakan teknik ini. Penerjemahan harfiah biasa digunakan oleh mesin penerjemah seperti geogle translate. Contohnya I go to school diterjemahkan aku pergi ke sekolah.

4. Transposisi (transposition), adalah teknik yang mengganti kategori gramatika. Perubahan bisa terjadi pada kategori gramatikal dan kosa kata. 

Contohnya: S P O (Subjek, Perdikat, Objek) menjadi O P S; agree menjadi agreement; neuorologis disorders menjadi kelainan neurologis.

BACA JUGA : 8 METODE PENERJEMAHAN

5. Modulasi (modulation), adalah teknik penerjemahan yang mengalami perubahan sudut pandang. Selain itu, modulasi digunakan untuk kalimat yang ada pada bahasa target walau tidak koheren dengan bahasa sumber.
Contohnya: I Kick the ball menjadi Bola ku tendang; she expecting baby menjadi  hamil 

6. Adaptasi (adaptation), adalah teknik penerjemahan yang menggantikan elemen bahasa sumber dengan elemen yang diterima dan dikenal dalam bahasa sasaran. Teknik adapatasi juga diartiakn sebagai peneyesuaian atau ekuvalensi antara bahasa sumber dan bahasa target.

7. Amplifikasi (amplification), adalah teknik yang memberikan rincian penjelasan terhadap satu istilah dalam bahasa sasaran. Teknik ini menambahkan informasi/ penejasan pada istilah yang diterjemahkan.
Contoh: Ramadhan, the moth fasting of muslim

8. Deskripsi (description), adalah teknik yang memberikan penjelasan atau gambaran bentuk dan fungsi suatu istilah dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

9. Reduksi (reduction), adalah teknik pengurangan atau penghilangan dengan tujuan memadatkan informasi dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

10. Parenthesis adalah teknik yang digunakan untuk menjelaskan suatu istilah atau kata dengan menggunakan tanda kurung. 
11. Inversi (inversion), adalah teknik yang memindahkan satu istilah dalam bahasa sumber ke bagian lain dari satu kalimat dalam bahasa sasaran. 

12. Partikularisasi, adalah teknik untuk menggunakan istilah yang lebih khusus dan konkrit.
Contohnya window diterjemahkan menjadi ventilasi, rice menjadi gabah, padi, nasi

13. Substitusi, adalah teknik menggantikan elemen-elemen linguistik menjadi paralinguistik atau sebalikanya.

14. Generalisasi, adalah teknik untuk menggunakan istilah yang lebih umum, atau kebalikan dari partikularisasi. 
Contoh: mansion menjadi rumah; 

15. Discursive creation, establish temporary interpretation base on content of novel or film because on content of novel or film usually use it in this field however we face different meaning.
Example: it on her shoes menjadi tepat di kakinya; no one live menjadi 10 orang negro

16. Establish Equivalent, a interpretation of certain word that usually it was established in dictionary or common term
Example: Papua menjadi Papua New Guinie; Sebuah negara di Amerika latin yang  kita sebut Pantai gading

17. Variation, consist some interpretation or meaning of source language.
Example: You menjadi anda, mereka, kamu



Share:

Selasa, 05 November 2019

Grammatical Relation

Grammatical relations (GRs) are structurally defined relations between words in phrases and clauses. Common terms used to refer to particular grammatical relations are subject, direct object, indirect object, ergative, absolutive, genitive, and oblique. Sometimes the oblique relation (discussed below) is considered to be the absence of a grammatical relation. Like other structural notions, GRs are defined independently of function (such as semantics or topicality), though they clearly have communicative functions. Even as the structure of any tool is logically distinct from (though intimately connected to) its function, so GRs are logically distinct from the functions that they perform. 
 

Nevertheless, it is important to recognize that GRs play a significant role in expressing meaningful distinctions, such as who is acting upon whom, what is topical, and so on. A second important fact about GRs is that they are essentially relational concepts. In other words, they don’t exist unless there are two elements that are related. A nominal element by itself does not “have” a grammatical relation. It is only when it occurs in a structure with a verb that we can say that it is a “subject” or an “object,” etc. In fact, it may be better to always say “subject of” or “object of” since these terms make it clear that there must be another element in the construction. The grammatical properties that identify GRs are determined by syntactic constructions, and not simply by semantic properties of individual nouns or verbs. Here is an analogy from real life.
 
 A concept like “boy” is not inherently relational, because it depends solely on the characteristics of the individual. The concept of “brother,” on the other hand, is relational, because someone can’t be simply a brother without reference to someone else. Getting back to grammar, a category like plurality is non-relational, because it usually depends on the semantic characteristics of the individual referent of a noun. This semantic characteristic is reflected structurally in many languages by some kind of “plural marking.” Subject, on the other hand, is a category that depends on the structure of the whole clause. 
 
A nominal element can only be the “subject of” some other grammatical element. Sometimes the term argument is used to refer to any nominal that has a grammatical relation to a verb, or to another noun. This sense of the term “argument” is borrowed from mathematics where an argument is an independent variable in a function; in other words, a thing that has a property, or has a relation
to some other thing. A nominal that doesn’t have a grammatical relation to some other word is called either a “non-argument,” or an oblique. GRs can be reflected structurally by any number of features. The three main structural features that often reflect grammatical relations in a clause are the following: r Case marking on nouns r participant reference marking on verbs (agreement, concord) r Constituent order In the following pages, we will see examples of how different languages use these structural features (and a few others) to organize systems of grammatical relations, and will present some methods for analyzing them. 
 
Grammatical relations within noun phrases The simplest illustration of a grammatical relation is the genitive relation that may hold between nouns in a noun phrase. In an English Determined Noun Phrase (DP) like: (1) Caitlin’s quilt the word Caitlin’s refers to a person the speaker is portraying as someone who, in some broad sense, is closely associated with the quilt. Although we intuitively think of genitive arguments (Caitlin in this example) as expressing “possession,” in fact the actual relation between the message-world person referred to by the name Caitlin and the message-world item referred to by the word quilt is in fact quite open ended. The quilt may be the one that Caitlin made, e.g., in the context of a contest in which homemade quilts are being judged, even though she already sold it to someone else. Or it may be the quilt that Caitlin happens to be using right now, though she is not its legal owner. It may be the quilt that Caitlin just bought, or the one she likes best. 
 
There are many examples of genitive-plus-noun constructions in which the genitive noun cannot reasonably be considered the “owner” of the other noun. For example: (2) a. Hiro’s mathematics professor b. Milicent’s favorite political party c. the car’s color d. Madaline’s home town e. the book’s main point Even though the semantic relations between the genitive and the head noun are very different in all of these examples, the morphosyntactic (grammatical) features that express the relation in English are the same. Namely, the “possessor” comes before the head noun and is marked by the suffix spelled ’s. These grammatical features constitute evidence that the two nouns have a grammatical relation to one another. This relation constrains, to a certain extent, the range of semantic relations


Share:

3 Cara menganalisa Introduction and Conclusions dalam Argumentative text

Introductions and conclusions are important components of any essay. They work to book-end the argument made in the body paragraphs by first explaining what points will be made (in the introduction) and then summarizing what points were made (in the conclusion).




Introductions
An introduction is typically the first paragraph of your paper. The goal of your introduction is to let your reader know what he or she can expect from your paper. While there is no one formula for writing a good introduction, in general, an introduction should do the following:
  1. Attract the Reader’s Attention
Begin your introduction with a "hook" that grabs your reader's attention and introduces the general topic. Here are some suggestions on how to create a “hook”:
    • State an interesting fact or statistic about your topic
    • Ask a rhetorical question
    • Reveal a common misconception about your topic
    • Set the scene of your story: who, when, where, what, why, how?
    • Share an anecdote (a humorous short story) that captures your topic
  1. State Your Focused Topic
After your “hook”, write a sentence or two about the specific focus of your paper. What is your paper about? Why is this topic important? This part of the introduction can include background information on your topic that helps to establish its context.
  1. State your Thesis
Finally, include your thesis statement. The kind of thesis you include depends on the type of paper you are writing, but, in general, your thesis should include:
    • your specific topic
    • your main point about that topic
    • the points of discussion you will include in your paper
Your thesis should be clear, and easy to find. Most often, it is the last sentence of the introduction.
Conclusions
A conclusion works to remind your reader of the main points of your paper and summarizes what you want your reader to “take away” from your discussion. Consider these tips when writing your conclusion:
  • Begin with your rephrased thesis statement to remind your reader of the point of your paper.
  • Summarize the points you made in your paper and show how they support your argument; tie all the pieces of your paper together.
  • Tell your reader what the significance of your argument might be. Why is the discussion important? Do you want your reader to think differently, question something, or perform some action? Make a recommendation of what your reader should "do" with the information you just gave them, or share the importance of the topic.




Share:

Pengertian Kohesi dan Koherensi (STEP-3)

Selamat siang sob, siang ini kita akan mempelajari pengertian dari Kohesi dan koherensi dalam wacana atau teks.


a. Kohesi 
 
Kohesi merupakan hubungan keterkaitan antarposisi yang dinyatakan secara ekplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana (Hasan Alwi, 2003:427). Jika dalam sebuah wacana terdapat keserasian hubungan antarunsur-unsur yang ada dalam wacana maka wacana tersebut merupakan wacana yang kohesif.  

Contoh:
Seminggu lamanya Udin dan Siti berlibur di rumah pamannya. Udin dan Siti memperoleh banyak informasi baru mengenai tanaman jagung untuk melengkapi tugasnya membuat laporan. Informasi itu antara lain adalah bahwa jagung merupakan salah satu tanaman yang dijadikan bahan makanan pokok di berbagai tempat, juga di Indonesia. Contohnya, penduduk Pulau Madura menjadikan jagung sebagai makanan pokoknya. Jagung merupakan salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang sangat diperlukan oleh tubuh. Selain itu, dia juga mencari gambar-gambar tentang perkembangbiakan tanaman jagung untuk melengkapi laporannya.   
Wacana di atas termasuk wacana yang tidak kohesif. Penggunaan kata ganti dia  pada kalimat tersebut tidak jelas mengacu kepada Udin atau Siti. Wacana tersebut menjadi kohesif jika kata ganti dia diganti dengan mereka.

BACA JUGA : 8 METODE PENERJEMAHAN

b. Koherensi 
 
Koherensi adalah pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide  menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahani pesan yang dikandungnya. Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya sehingga wacana tersebut mempunyai kesatuan makna yang utuh.

Contoh:
Pak Gani memilih bertanam singkong di ladangnya. Ladang Pak Gani cukup luas. Pak Gani bertanam singkong, karena menurutnya nilai jual tanaman singkong cukup tinggi. Daun singkong dapat dijual untuk dimasak sebagai sayur. Di samping itu, umbinya merupakan salah satu bahan makanan penghasil karbohidrat.



Share:

Senin, 04 November 2019

4 Ciri Explanation Text Beserta Pengertian, Struktur, dan Contohnya.

A. Pengertian Explanation Text
Explanation text merupakan tulisan yang menjelaskan suatu hal secara runtut mengapa sesuatu itu  terjadi dan bagaimana sesuatu terjadi serta menjelasakan prosedur atau menerangkan sebuah proses. Sebagai contoh teks tentang proses bagaimana hujan terjadi, atau banjir rob terjadi. Topik yang dibahas bisa meliputi  fenomena alam, ilmu pengetahuan, ilmu buaya, dan sosial.



B. Tujuan dari Explanation Text
Tujuan dari explanation text yaitu untuk menjelaskan suatu proses apa, mengapa, dan bagaimana sesuatu terjadi. Secara mudah dapat kita gunakan prinsi 5W+1 H.

C. Generic Structure dari Explanation Text

1. General Statement

General statement berisi penjelasan umum terkait fenomena yang akan dibahas. General statement dapat berupa gambaran umum atau berisi paragraf pembuka pengenalan secara umu terkait fenomena atau penjelasan dasar mengenai fenomena tersebut.

2. A Sequenced of Explanation

Pada bagian ini berisi  penjelasan mengenai mengapa dan bagaimana fenomena tersebut terjadi. Contoh explanation text tentang Kegemaran Olahraga Sepak Bola, maka disini dijelaskan mengapa orang menyukai Sepak Bola dan bagaimana olahraga tersebut menjadi digemari masyarakat umum.

3. Closing

Closing merupakan penutup dari penjelasan-penjelasan yang telah diutarakan pada pada general statement dan sequend of explanation. Closing berisi kesimoulan dari apa yang dijelaskan

D. Ciri Kebahasaan dari Explanation Text

Ciri kebahasaan explanation text, yaitu:
1.      Menggunakan simple present tense
2.      Menggunakan kata penghubung antar kalimat berupa then, as a result, so, if, because, therefore
3.      Menggunakan penanda urutan peristiwa misalnya: first, then, next, after, finally
4.      Menggunakan action verbs

 

E. Contoh Explanation Text

Flood
General Statement: Flooding is a natural phenomenon that usually happens in a lot of areas drained by the river flow. In simple terms, it can be defined as the presence of flood water in a vast region that covers the area of the earth’s surface.
Sequenced of explanations: Flooding process itself occurs when the rains come and cause water sources such as rivers, seas, lakes, and ditches no longer able to accommodate the water drop. The barren land covered with trees without overflowing water will speed up the process of proficiency level, because the trees that should absorb the water have been used as a furniture material. When the water source is no longer able to accommodate, the water will overflow and flow into residential areas and have a big impact. Nowadays, flood is an annually happening in some big cities in Indonesia, especially Jakarta.
Closing: So, that’s the explanation of flood and how does it happen.




Share:

Arsip Blog